Kolom Muh Khidri Alwi
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
_“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”_ (QS. Ali Imran, 134
Seorang budak bermaksud mencurahkan air untuk membantu Ali bin Husain berwudhu. Tiba-tiba cereknya jatuh dan melukai muka Ali. Darah mengalir. Budak itu secaras pontan mengucapkan ayat, _“dan orang-orang yang mengendalikan amarahnya”_. Ali, sang cicit Sayyidina Ali Ra. itu berkata: _”Aku kendalikan marahku”_. Budak itu melanjutkan, _“Dan memaafkan orang lain.”_ Ia berkata: _”Semoga Allah SWT memaafkan kamu.”_ Budak itu melanjutkan ayat takwa, _“Dan Allah SWT mencintai orang-orang yang berbuat baik”._ Imam Ali yang digelari As-Sajjad, karena banyaknya sujud, berkata: _”Aku merdekakan kamu karena Allah SWT.”_
Marah _(ghadlab)_ merupakan fithrah yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap manusia. Setiap manusia pasti pernah merasakan amarah. Dalam sebuah hadis qudsi disebutkan bahwa Nabi Musa As pernah bertanya kepada Allah SWT: _“Ya Rabbi! Siapakah di antara hambaMu yang lebih mulia menurut pandanganMu?_ Allah berfirman, _”Ialah orang yang apabila berhail menguasai musuhnya dapat segera memaafkannya.”_ (HR. Khara’ity dari Abu Hurairah).
Atas dasar itu, orang yang memiliki kemuliaan tinggi adalah orang yang mampu memaafkan musuh-musuhnya. Sungguh, memaafkan orang-orang yang telah menyakiti dan memusuhi kita merupakan perkara yang sangat berat dan membutuhkan pengendalian emosi. Wajar saja apabila orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain dikategorikan orang-orang bertaqwa dan akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT. _“Memaafkan itu lebih mendekatkan kepada taqwa.”_ (QS. al-Baqarah: 237), _”Dan hendaklah mereka suka memaafkan dan mengampuni. Apakah kalian tidak suka Allah SWT mengampuni kalian?”_ (QS. al-Nur: 22).
Ketika seseorang masih menyimpan rasa kesal, rasa jengkel, hingga rasa emosi dan amarah yang memuncak, maka suasana hatinya aka diliputi kegalauan, bahkan ditambah rasa gundah dan sesak. Penyakit ini jika tersimpan dalam alam bawah sadar akan memberi konseksuensi yang tidak baik bagi perkembangan kepribadian. Terutama suasana hati akan berpengaruh setiap kali teringat atau berjumpa pada orang yang pernah menyakiti hatinya.
Bulan Ramadan juga dinamakan dengan _bulan penuh kesabaran_. Puasa di bulan ramadan menjadi ibadah yang paling efektif untuk mengajarkan nilai kesabaran. Puasa tidak hanya mengajarkan soal tidak makan dan minum sepanjang hari, tapi setiap muslim juga diperintahkan untuk mampu menahan diri terlebih menahan amarah. Pada saat orang memahami makna puasa secara hakiki, dia tidak hanya mampu menahan dirinya dari lapar dan dahaga juga mampu menahan keinginan nafsunya yang bisa merusak puasanya.
Dalam dunia medis, perut yang kosong karena tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman lebih 13 atau 14 jam ketika berpuasa, bisa menyebabkan kadar gula darah menurun _(hipoglikemi)_. Hal ini memicu pelepasan hormon kortisol dan hormon adrenalin, dimana hormon ini bertujuan untuk membantu metabolisme sehingga kadar gula darah tetap stabil. Meskipun pada dasarnya tujuan pelepasan hormon kortisol dan adrenalin ini adalah untuk menjaga keseimbangan, efek lain juga bisa muncul, yaitu sikap lebih agresif dan emosi yang lebih meluap-luap. Selain itu, kadar gula darah yang cenderung menurun saat berpuasa juga bisa mengganggu fungsi otak yang akhirnya mendorong seseorang bisa bertindak impulsive. Itulah mengapa saat puasa, seseorang bisa jadi lebih sensitif, emosian, dan mudah marah.
Para peneliti kesehatan percaya bahwa pelepasan hormon stress, kebutuhan oksigen yang meningkat oleh sel-sel otot jantung, dan kekentalan yang bertambah dari keping darah (trombus-emboli), yang memicu pembekuan darah menjelaskan bagaimana kemarahan dapat meningkatkan tekanan darah yang peluang terjadinya serangan jantung. Selain itu, secara psikis, rasa amarah yang telah memuncak bakal memadamkan akal dan pikiran.
Disinilah kekuatan sabar yang diajarkan dalam puasa. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin mengutip hadis Nabi Saw yang menyebutkan bahwa _”Puasa adalah separuh dari sabar dan sabar adalah separuh dari iman_.” Ramadan sebagai _madrasah ruhaniah_ mengajarkan setiap muslim melembutkan hati dan mengontrol emosi ketika menghadapi suasana batin yang tidak kondusif. _
Wallahu a’lam bissawab