Catatan Ilham Bintang
Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan terkejut ketika mengunjungi Pasar Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (16/5). Zulhas — begitu call signnya — memang baru dilantik Rabu (15/6) siang, menggantikan Muhammad Lutfi karena gagal melawan mafia minyak goreng. Yang bikin Zulhas terkejut ketika mendapati harga kebutuhan pokok di pasar melonjak hingga 70 % dibandingkan sebelumnya.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional ( PAN) itu mengaku shock karena pembeli dan pedagang sama-sama mengeluhkan harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak tak terkira.
“Terasa sekali memang beban hidup itu meningkat. Itu tadi kita lihat langsung di pasar,” kata Zulkifli Hasan kepada wartawan hari itu.
Membaca keterangan Zulhas sebenarnya kita lah yang berhak shock. Bagaimana bisa pimpinan parpol luput pada persoalan yang sudah hampir setahun dikeluhkan masyarakat? Apakah karena setahun ini dia hanya sibuk berwacana “Masa Jabatan Presiden 3 Periode” sehingga posisi Ketum Partai yang mengemban amanah bangsa terluput pada urusan hajat hidup orang banyak?
Yang jelas, Zulhas adalah satu dari tiga petinggi parpol koalisi pemerintah yang gencar berkampanye untuk mengubah ( bahasa pengamat : merongrong) konstitusi demi usaha menambah periode masa jabatan Jokowi menjadi tiga periode dari sebelumnya dibatasi dua periode. Wacana yang gencar dikampanyekan bersama Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar untunglah gembos di tengah jalan. Tak kuat menghadapi perlawanan dari berbagai elemen masyarakat prodemokrasi. Namun, tetap waspada : bukan berarti agenda sudah mati.
Reshuflle Kabinet Rabu ( Rabu, 15 Juni) mengantarkan Zulhas dan Hadi Tjahjanto, mantan Panglima TNI masuk kabinet. Hadi Tjahjanto menjadi Menteri ATR / BPN, menggantikan Sofyan Djalil. Lutfi dan Sofyan boleh dibilang “anak yatim” kabinet karena tidak berpartai. Dengan begitu dengan mudah digusur.
Jokowi Gagal
Reshuffle kemarin banyak mendapat kritik keras dari para pengamat. Jokowi dinilai gagal mewujudkan tekadnya sendiri yang pernah disampaikan berulangkali. Sepekan sebelum reshuffle kita menyimak pernyataan Sekretaris Negara Pratikno yang mengatakan reshuffle diperlukan untuk menghadapi tantangan ekonomi global ke depan.
Tanpa dijelaskan pun rakyat sudah lebih dulu merasakan dan bahkan menjerit-jerit karena lonjakan harga bahan kebutuhan pokok setahun berselang. Minyak goreng apalagi. Selain harganya melonjak gila – gilaan, barangnya pun hilang di pasar dimainkan mafia. Berbulan- bulan media memberitakan perburuan minyak goreng oleh ibu- ibu rumah tangga di seluruh Indonesia. Media- media dipenuhi foto dan video antrean panjang mengular hingga merenggut dua korban tewas.
Menurut catatan, sekurangnya sudah tiga sampai empat kali Presiden Jokowi mengutarakan kejengkelan atas kinerja para pembantunya. Wabil khusus menteri- menteri yang menghabiskan devisa negara karena mengimpor barang- barang kebutuhan yang sebenarnya sudah diproduksi di dalam negeri. Keluhan Jokowi mengonfirmasi kebenaran fakta di lapangan. Itulah yang memberi secercah harapan akan ada perbaikan keadaan dengan reshuffle.
Dalam artikel ” Semua Mau Jadi Presiden ” ( 6 Juni 2022) saya menulis, sudah benar langkah Presiden Jokowi mengambil opsi reshuffle dua tahun sebelum lengser. Demi memperbaiki kinerja kabinet yang beberapa waktu ini berjalan ugal-ugalan seperti dituduhkan para pengamat. Contohnya, kemelut minyak goreng yang sudah lebih 6 bulan belum ketemu ujungnya. Itulah saya duga salah satu efek dari sebagian anggota kabinet bekerja sambil melaksanakan agendanya cari perhatian rakyat untuk menjadi presiden. Secara terselubung maupun terang-terangan. Tanpa malu memanfaatkan pelbagai fasilitas negara demi kepentingan ambisi pribadi semata. Abai mengira milik negara seakan milik keluarga.
Rakyat mendambakan harapan besar reshuflle akan membuat harga -harga bahan pokok bisa terkendali. Akhir Maret lalu Presiden Jokowi bahkan mengancam juga akan mengganti menteri yang sering mengimpor barang kebutuhan di dalam lingkup kementeriannya yang membuat negara kesulitan keuangan. Presiden menyebut secara eksplisit nama menteri “pemakan” devisa itu. Yakni, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, dan Menteri BUMN Erick Thohir.
Mendikbud Nadiem Makarim juga kena “damprat”. Lantaran baru membelanjakan 2 triliun rupiah anggaran instansinya untuk barang produksi dalam negeri. Padahal, menurut ayah Gibran dan Kaesang itu, barang – barang impor yang digunakan untuk kegiatan operasional di kementerian sudah bisa diproduksi di dalam negeri.
“Tempat tidur untuk rumah sakit, produksinya saya lihat di Yogyakarta ada, Bekasi, Tangerang juga ada,” ujar Jokowi saat memberi pengarahan pada acara “Afirmasi Bangga Buatan Produk Indonesia ” di Bali yang disiarkan secara virtual Jumat (25/3).
Namun, harapan tinggal harapan. Aroma mencla mencle tampak lagi dari hasil reshuffle kemarin. Hanya dua menteri kabinet yang diganti. Selebihnya ada tiga jabatan Wakil Menteri. Yang temanya lebih mengesankan sebagai politik akomodasi kepada partai pendukung pemerintah yang tidak cukup suara melenggang ke Senayan. Sama sekali tidak menampakkan arah untuk tujuan pemulihan ekonomi. Reshuffle kabinet hanya “rame ing media tapi sepi ing gawe” ( fakta) seakan menjelaskan dua hal.
Pertama, hanya pintu masuk balas jasa atas peran dan kontribusi parpol-parpol sebagai jalan tol yang membawa Jokowi mulus ke kursi presiden dua periode. Kedua, ini dia : kok tercium aroma meminta balas jasa kembali. Terkesan Jokowi masih menyimpan keinginan terselubung untuk mendapat dukungan penambahan bonus periode ketiga lewat amandemen di parlemen. Minimal perpanjangan masa jabatan sampai 2027. Analisis itu kita bisa ikuti dari pernyataan sejumlah pengamat politik yang viral dalam percakapan di medsos.
Seperti biasa, Presiden Jokowi menyampaikan harapan kepada dua menteri baru pada momen pelantikan. Ada pula harapan yang dikemukakan dari pejabat baru untuk melaksanakan amanah. Pengangkatan Zulhas karenanya bisa dianggap sebagai upah karena sudah sukses mewacanakan hal yang melanggar konstitusi yaitu perpanjangan masa jabatan presiden. Upah dari kerja sebagai “pesuruh” presiden padahal posisinya sebagai ketum parpol secara konstitusional lebih tinggi sebenarnya karena dialah pengusung presiden. Tidak ada jalannya seseorang bisa melenggang duduk di kursi istana tanpa dukungan parpol. Tapi begitulah candu kekuasaan. Di lain pihak karena mau balas budi Jokowi pun lupa agendanya mereshuffle kabinetnya untuk menghadapi tantangan ekonomi global.
Bagus juga Zulhas diberi tugas sebagai Mendag supaya tahu merasakan bagaimana menghadapi mafia.
Ada pandangan yang masih melihat niat baik Jokowi merombak kabinet untuk merealisasikan janjinya bersih-bersih menjelang lengser 2024.
Namun, sayang Jokowi tak berdaya ketika menghadapi ketum – ketum parpol yang menolak kadernya dilengserkan. Analisis yang menentang itu, seperti sudah disebut mengatakan justru konsolidasi politik menjadi kebutuhan mendesak Jokowi saat ini. Untuk memperkuat posisi politiknya dengan menciptakan situasi sebagai “petugas parpol” dia hanya mengikuti kemauan petinggi parpol. Mana yang benar, wallahualam.
Dalam politik, memang tidak ada yang terjadi secara kebetulan. “Jika itu terjadi, Anda bisa bertaruh itu direncanakan begitu ,” kata Franklin D. Roosevelt. Franklin Delano Roosevelt (9 Januari 1882 – 12 April 1945) adalah Presiden Amerika Serikat ke-32 dan merupakan satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang terpilih empat kali dalam masa jabatan dari tahun 1933 hingga 1945. Roosevelt membantu Amerika Serikat memulihkan diri dari masa “Depresi Hebat”.
Dalam perencanaan terhadap Perang Dunia II, dia yang mempersiapkan AS untuk menjadi “Gudang Senjata Demokrasi” melawan kekuatan Jerman Nazi dan Kekaisaran Jepang. Visinya tentang organisasi internasional yang efektif untuk menjaga perdamaian tercapai dengan dibentuknya PBB ( Persatuan Bangsa-Bangsa). Adakah Jokowi diilhami oleh perjalanan politik Franklin Dellano Roosevelt? Entahlah.
Pangandaran, Jawa Barat, 17 Juni 2022