Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun 2024, Himpunan Fasyankes Dokter Indonesia (HIFDI) bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyelenggarakan Dialog Publik bertajuk, “Melawan Obesitas Anak Mewujudkan Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045.”
PINISI.co.id- Dialog publik secara daring tanggal 9 November 2024 ini menghadirkan nara sumber: 1. dr. Tirta Prawita Sari, Sp.GK, M.Sc. (dokter spesialis gizi klinik); 2. dr. Agustina Kadaristiana, Sp.A, M.Sc. (dokter spesialis anak); 3. Ahmad Ansyori, S.H., M.Hum, CLA, CLS. (pakar jaminan sosial/Pokja Kesehatan KPAI); 4. Dr. Jasra Putra, S.Fil, M.Pd. (Wakil Ketua KPAI). Dialog dipimpin oleh mederator, dr. Putro S. Muhammad CEFHLM.
Ketua Umum HIFDI dr. Zaenal Abidin dalam pengantarnya mengatakan, obesitas merupakan salah satu dari tiga kutub ekstrem masalah gizi bangsa Indonesia yang sering disebut “triple burden of malnutrition” (beban tiga kali lipat masalah gizi).
Obesitas pada anak adalah masalah kesehatan serius dan kompleks, yang dapat menyebabkan berbagai penyakit metabolik. Karena itu, penanganannya pun harus komprehensif, meliputi pola makan sehat, aktivitas fisik, dan keterlibatan keluarga.
Diskusi dimulai dengan mendengarkan paparan dr. Agustina Kadaristiana. Dalam paparannya, dr. Agustina mengakatakan bahwa obesitas pada anak bukan sekedar masalah berat badan, melainkan sering kali disertai dengan berbagai penyakit lain. Penting bagi dokter untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh saat menangani kasus obesitas.
Pemeriksaan yang menyeluruh diperlukan untuk mendeteksi komorbiditas seperti hipertensi, gangguan kulit, dan masalah pernapasan pada anak obesitas. Dokter harus memperhatikan berbagai aspek kesehatan anak.
Tata laksana obesitas pada anak berbeda dengan dewasa, di mana pendekatan diet lebih fleksibel dan melibatkan pola makan sehat yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan anak.
Aktivitas fisik yang teratur dan waktu tidur yang cukup sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak serta mencegah obesitas. Penggunaan gadget juga harus dibatasi untuk menjaga kesehatan.
Obesitas pada anak dapat dicegah dengan pola hidup sehat seperti memberikan ASI eksklusif dan membatasi asupan gula. Mengedukasi keluarga tentang gizi juga sangat penting untuk mencegah obesitas.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan melanjutkan hingga 2 tahun dapat membantu mencegah obesitas. Menghindari minuman manis juga disarankan untuk anak-anak.
Nara sumber kedua, dr. Tirta Prawita Sari, antara lain mengemukakan secara sederhana, obesitas terjadi akibat adanya ketidakseimbangan energi, yaitu energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar, yang terjadi dalam waktu lama. Ketidakseimbangan energi ini disebabkan oleh: overeating, low energy expenditure, dan physical inactivity.
Dokter Tirta pun menekankan pentingnya membaca informasi nilai gizi pada produk makanan untuk menghindari konsumsi gula berlebih. Konsumsi jus buah harus dibatasi karena bisa tinggi gula. Pemantauan status gizi anak sangat penting untuk mengetahui risiko obesitas. Menerapkan pola makan yang baik dan aktivitas fisik dapat membantu mencegah obesitas.
Dalam keseharian, obesitas sering kali dianggap bukan penyakit dan kurangnya spesialis dalam bidang ini membuat penanganannya sulit. Edukasi yang minim dan pandangan masyarakat berdampak pada cara penanganan obesitas.
Keterbatasan tenaga medis yang fokus pada obesitas mengakibatkan masalah kesehatan lain seperti diabetes tidak teratasi secara bersamaan. Hal ini memperburuk kondisi pasien yang mengalami obesitas.
Obesitas sering tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan karena dianggap masalah kosmetik, padahal ini obesitas itu sendiri adalah salah salah satu diagnosis penyakit dan masalah kesehatan serius.
Persolan yang dihadapi oleh pasien obesitas adalah ketika atas kesadaran sendiri pergi ke dokter untuk berkonsultasi atau terapi, asuransi kesehatan, bahkan BPJS Kesehatan pun tidak mau menanggung pembiayaannya.
Asuransi kesehatan hanya mau menanggung bila obesitas tersebut sudah mengakibatkan penyakit lain yang lebih serius, seperti penyakit katastropik. Penyakit yang tidak dapat diatasi tanpa menangani obesitasnya terlebih dahulu.
Lingkungan yang tidak mendukung perilaku hidup sehat berkontribusi pada meningkatnya angka obesitas, terutama pada anak-anak yang terdampak oleh pilihan makanan dan aktivitas fisik.
Tingginya konsumsi minuman manis di kalangan anak-anak menjadi masalah serius yang berkontribusi terhadap obesitas. Konsumsi yang tinggi ini juga disertai dengan kurangnya aktivitas fisik di kalangan anak.
Hampir 97% anak berusia 5 sampai 19 tahun tidak mengonsumsi sayur dan buah dengan cukup. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko obesitas dan masalah kesehatan lainnya.
Minuman manis yang dijual dengan harga murah menarik perhatian anak-anak. Strategi pemasaran yang agresif mempengaruhi pilihan konsumsi mereka sehari-hari.
Kebijakan pemerintah terkait obesitas masih lemah. Negara lain telah menerapkan intervensi yang lebih efektif untuk mengurangi konsumsi gula di kalangan anak-anak.
Pola makan dan preferensi makanan pada anak dapat mempengaruhi kesehatan mereka di masa depan. Faktor psikologis dan pengalaman awal dengan makanan berperan penting dalam kebiasaan makan mereka.
Aspek hedonik dalam pola makan bisa membuat anak terus mencari makanan manis meskipun sudah kenyang. Ketagihan terhadap rasa manis dan gurih ini terbentuk sejak dini.
Keterlibatan keluarga dan lingkungan sangat penting dalam membentuk kebiasaan makan yang sehat. Edukasi tentang makanan yang baik perlu dilakukan sejak anak masih kecil.
Diet yang seimbang dengan memperhatikan komposisi gizi penting untuk pertumbuhan anak. Menghindari makanan tinggi kalori tanpa gizi harus menjadi perhatian utama orang tua.
Konsumsi makanan manis dan tinggi lemak dapat memicu jalur hedonik pada anak, yang membuat mereka terus mencari makanan tersebut. Akibatnya, hal ini berpotensi menyebabkan obesitas pada anak-anak.
Makanan manis dan gorengan memiliki daya tarik tinggi bagi anak-anak, sehingga sulit untuk memperkenalkan makanan sehat. Pengaruh ini bisa memicu perilaku makan yang tidak sehat.
Diet yang buruk dapat memicu peradangan dalam tubuh, yang berhubungan dengan risiko kesehatan jangka panjang. Penting untuk mengontrol kualitas makanan yang dikonsumsi anak-anak.
Banyak anak tidak mendapatkan cukup buah dan sayur, padahal asupan tersebut sangat penting untuk kesehatan. Data menunjukkan bahwa hampir 100% anak tidak mengonsumsi rekomendasi yang dianjurkan.
Selanjutnya, nara sumber ketiga, Ahmad Ansyori mengemukakan, kesehatan anak di Indonesia menghadapi tantangan serius, termasuk masalah obesitas dan stunting. Perlu strategi terkonsep untuk mengatasi isu-isu kesehatan ini secara menyeluruh. Angka harapan hidup berkorelasi positif dengan masalah kesehatan, seperti stunting dan obesitas. Ini menjadi perhatian utama bagi kebijakan kesehatan di Indonesia.
Lebih lanjut, Ahmad Ansyori pun menyorot akses layanan kesehatan di Indonesia masih rendah, dengan 62,9% populasi kekurangan akses ke rumah sakit. Hal ini perlu diatasi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Jaminan kesehatan nasional (JKN) mengalami masalah serius, termasuk ketidakcukupan pendanaan dan klaim. Ini mengancam keberlanjutan sistem kesehatan di Indonesia.
Obesitas anak di Indonesia menjadi masalah kesehatan yang serius dan mendesak untuk ditangani. Kebijakan dan program yang lebih ambisius diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara efektif.
Kondisi kesehatan awal seperti obesitas pada anak berpengaruh besar terhadap biaya kesehatan yang terus meningkat di Indonesia. Penanganan yang lebih baik diperlukan untuk mencegah masalah lebih lanjut.
Paparan kekurangan gizi sebelum kelahiran dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular. Data yang ada menunjukkan perlunya perhatian lebih pada masalah gizi dan obesitas.
Pentingnya jaminan kesehatan yang adaptif agar dapat memenuhi kebutuhan layanan bagi anak dengan obesitas. Hal ini akan memastikan keberlangsungan layanan kesehatan dalam jangka panjang.
Nara sumber keempat (terakhir), Jasra Putra, mengatakan perlindungan anak di Indonesia mencakup berbagai aspek penting, termasuk hak sipil, kesehatan, dan pendidikan. Semua pihak, termasuk pemerintah dan keluarga, memiliki tanggung jawab dalam menjaga hak anak.
Setiap kluster hak anak, seperti kesehatan dan pendidikan, harus dipenuhi untuk mendukung tumbuh kembang mereka secara optimal. KPAI terus berupaya memastikan hak-hak ini dilindungi.
Tanggung jawab perlindungan anak tidak hanya ada pada orang tua, tetapi juga masyarakat dan negara. Keluarga harus memahami dan melindungi anak secara maksimal.
Obesitas dan masalah gizi buruk menjadi isu krusial yang harus ditangani. Jika tidak, generasi masa depan Indonesia akan kehilangan potensi dan kesehatan mereka.
Obesitas pada anak merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika tidak ditangani, obesitas dapat menghabiskan sumber daya negara dan mempengaruhi kesehatan anak-anak di masa depan.
Pentingnya gizi seimbang dalam diet anak-anak harus diperhatikan, terutama di usia muda. Keluarga berperan besar dalam memastikan anak mengonsumsi makanan bergizi setiap hari.
Aktivitas fisik sangat penting untuk mencegah obesitas pada anak. Sekolah dianjurkan untuk mengadakan program olahraga yang teratur dan terpimpin bagi siswa.
Pendidikan tentang gizi di sekolah dapat membantu anak-anak memahami pentingnya pola makan sehat. Kerjasama dengan orang tua dan komunitas juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran akan masalah ini.
Terdapat masalah obesitas pada anak yang dipicu oleh pola makan tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik. Penting untuk memperbaiki kualitas makanan dan meningkatkan aktivitas harian anak.
Aktivitas fisik yang kurang pada anak disebabkan oleh jam sekolah yang panjang dan kurangnya waktu bergerak. Ini meningkatkan risiko obesitas karena duduk terlalu lama.
Screen time yang berlebihan juga menjadi faktor penyebab obesitas. Anak perlu diberi jeda untuk bergerak setelah menggunakan gadget agar tidak mengganggu aktivitas fisik mereka.
Kesimpulan oleh Moderator
Obesitas anak merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian kebijakan yang baik. Jika tidak ditangani, anak-anak kita akan menghadapi risiko kesehatan yang lebih besar di masa depan.
Makanan obesogenik hadir dalam bentuk yang sangat padat kalori, sehingga penting untuk mengenali dan menghindarinya. Ini menjadi perhatian utama dalam upaya pencegahan obesitas.
Kebijakan pemberian makanan bergizi gratis harus diimplementasikan dengan bijak agar tidak menimbulkan dampak negatif. Pengawasan yang ketat diperlukan untuk mencegah keracunan makanan.
Peran orang tua sangat penting dalam menentukan pola makan anak. Keluarga harus memberikan contoh yang baik dalam memilih makanan sehat dan mengurangi konsumsi makanan manis.
Peran sekolah dan pihak swasta, sangat penting dalam implementasi kebijakan makanan ini. Kerjasama dengan berbagai sektor untuk memastikan keberlanjutan program sangat diperlukan.
Kita harus bersinergi untuk menghadapi tantangan dan mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 mendatang. Dengan kolaborasi yang baik, kita dapat menciptakan rencana aksi yang konkret.
Pentingnya berbagi ilmu dan pengalaman dari para pemateri untuk memperkaya wawasan peserta. Hal ini akan membantu dalam implementasi rencana aksi yang lebih efektif.
Penghargaan kepada wartawan yang meliput acara ini menunjukkan betapa pentingnya peran media dalam sosialisasi isu-isu bangsa. Media dapat membantu menyebarluaskan informasi untuk masyarakat.
Situasi kritis anak Indonesia yang tidak terfasilitasi dengan memadai menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam program JKN. Karena obesitas sudah menjadi diagnosis penyakit cukup serius seharusnya program JKN tidak pelu menunggu pasien terdiagnosis penyakit katastropik baru ditanggung pembiayaanya. Menanggung ketika masih obesitas atau bahkan sebelum obesitas tentu lebih efisien dibading setelah menderita penyakit katastropik. Billahit Taufik Walhidayah
(Man)