Catatan Upa Labuhari SH MH
Sedih rasanya mendengar kepergianmu ke rumah Bapa di surga Sabtu siang kemarin, saudaraku Insmerda Lebang. Engkau yang selalu menyapa ku lewat HP dikala senggang dipekerjaan dimasa lalu ketika engkau memasuki purna tugas di Polri lalu menjadi Komisaris di PT Timah dan PT Garuda. Selain menyapaku dalam melaksanakan tugas sebagai seorang jurnalis di Ibukota, engkau juga memberikan pencerahan kepadaku, agar bekerja dengan tekun dalam menggeluti suatu profesi dan memperlihatkan prestasi bahwa anak Toraja di kala bekerja di ibukota tidak mengenal lelah, tidak mengenal waktu apakah itu siang dan malam, hujan maupun panas terik, semuanya harus dikerjakan dengan baik dan benar.
Dan terlebih meyakinkan ku lagi engkau selalu mengingatkan ku agar bekerja tidak untuk korupsi kolusi dan nepotisme. Dan selalu dekat dengan sang maha pencipta. Sapaanmu itu ku kan kenang sepanjang masa.
Selamat jalan jenderal yang selalu mengingatkanku untuk hidup dalam kesederhanaan dan bersih tidak korupsi, kolusi dan nepotisme.
Di tengah tengah tugasmu di puncak kariermu sebagai Kabaharkam Polri engkau masih peduli terhadap kampung halaman kita di Toraja. Engkau begitu prihatin atas keberadaan masyarakat Toraja yang pada waktu itu yang tidak mau maju sebagai daerah subur penghasil bahan pertanian di Sulawesi Selatan. Engkau kritik keberadaan pemimpin di kampung yang hanya mau menjual parawisata kampung dengan pesta orang meninggal. Kegelisahanmu itu engkau tidak perlihatkan kepada ku yang waktu itu dikenal sebagai seorang di pembuat opini ditengah masyarakat ibukota. Engkau terus terang kepada saya dengan meminta agar saya bisa jalan secara khusus ke kampung melihat dari dekat keberadaan pembangunan di tanah Toraja yang waktu itu belum ada Kabupaten Toraja Utara. Engkau katakan kepada saya ‘’coba lihat keberadaan bandara Pongtiku di Makale , apa kesulitan dan apa penyebabnya tidak bisa digunakan sebagai landasan pesawat untuk mendarat dan take off. ‘’
“Saya berencana untuk mendaratkan pesawat Polri yang saya komandoi di bandara Pongtiku,‘’ katamu waktu itu dengan nada serius. Engkau juga meminta agar saya bisa melihat asrama Elim yang pernah menjadi tempat penampungan anak pintar di Toraja. Apa kesulitan pihak pengelola untuk mempertahankan asrama ini bagi pelajar Toraja. Dan dalam pembicaraan itu juga engkau ingatkan agar saya dapat melihat keberadaan Gereja Toraja yang ada di Rantepao untuk dibangun menjadi gereja megah dengan ciri khas Toraja. Usaha ini, katamu harus dilaksanakan secara diam diam agar tidak menjadi pembicaraan yang negative di masyarakat. Kita kerja tidak perlu diketahui siapa pelaksananya seperti membangun patung Lakipadada di kolam Makale.
Semua pesanmu itu sudah saya laksanakan dan saya laporkan kesulitan kesulitannya untuk membangun bandara Pongtiku, asrama Elim dan gereja Toraja yang ada di Rantepao pada waktu itu. Kau setuju dengan laporan saya itu sehingga perencanaan yang sudah matang untuk membangun tiga tempat di Toraja batal dilaksanakan sampai kau memasuki masa purna bakti dilingkup Polri dengan pangkat Komisaris Jenderal Polisi , jenderal berbintang tiga.
Dimasa purna bakti dengan menjabat sebagai Komisaris Utama PT Timah, ternyata engkau tidak tinggal diam untuk membangun kampung halaman Toraja. Engkau masih mau peduli dengan Pendidikan anak anak di SMP/ SMA di Baranak. Kepedulianmu ini tidak banyak orang tahu tapi itulah engkau sang jenderal pertama orang toraja berbintang tiga yang tidak mau hasil karyamu itu menjadi tempat puja puji. Engkau begitu sederhana sepeti Ketika engkau menjabat sebagai Komandan Operasi Ilegal Loging di Papua, komandan Polisi se Aceh ketika terjadi Sunami di Aceh dan Ketika menjabat sebagai Kapolda Sulut, Kapolda Jawa Tengah dan Gubernur Akademi Kepolisian.
Engkau begitu sederhana tapi soal kebersihan jangan tanya. Belum ada anggota Polri selama masa tugas saya dilingkup Polri sebagai jurnalis peliput masalah Kepolisian, sejak engkau lulus Akademi Kepolisian di Semarang Bersama mantan Kapolri Dai Bachtiar, pada tahun l972 belum ada seorangpun anggota Polri yang punya nilai angka kebersihan seperti yang kau lakukan itu, papa ita.
Soal kesungguhan kerja dengan tulus yang engkau laksanakan untuk kepentingan negara dan bangsa serta buat orang toraja, saya belum lihat ada tandingannya. Engkau bekerja dengan kesungguhan hati. Tanpa pamrih. Ini bisa dilihat Ketika engkau selaku perwira tinggi Polri pertama dari Mabes Polri Jakarta yang datang ke Aceh dikala terjadi peristiwa Sunami yang membawa korban kurang lebih 200.000 orang.
Engkau tidur tidak selayaknya di tempat seorang perwira tinggi. Tapi engkau tidak mengeluh. Engkau sabar, apa adanya. Demikian juga Ketika engkau memimpin operasi illegal loging di papua yang bermarkas di Polres Sorong. Engkau tidur seorang diri di hotel yang sederhana. Dan disana engkau mengatur strategi untuk menangkap para pelaku illegal logging yang pada umumnya para cukong di dalam negeri maupun luar negeri.
Selamat jalan papa ita, kenanganmu sebagai seorang Toraja, anggota Polri berpangkat Komisaris Jenderal Polisi yang peduli bangsa dan tanah air serta kampung Toraja sudah kau perlihatkan.
Semoga cita citamu sebagai orang Toraja untuk membangun Daerah Toraja dapat kami lanjutkan Bersama anak cucu. Amin.
Penulis, Pemimpin Perusahaan Majalah PINISI 2009-2014, mantan wartawan Sinar Harapan, pengurus BPP KKSS 2009-2014.