PINISI.co.id- MPP ICMI Bidang Kesehatan menggelar webinar nasional dengan tema Air Bersih, Jumat (23/12).
Ketua Umum ICMI Prof. Arif Satria yang membuka acara, menjelaskan bahwa isu air bersih sangat penting sebagai platform bagi kepentingan bersama buat kemanusiaan, kebutuhan untuk sehari-hari baik jasmani dan rohani yang harus dibangun dalam umat manusia dan bangsa.
Sementara Prof. Dr .Ir. Riri Fitri Sari, yang juga Wakil Ketua ICMI, mengatakan air bersih menciptakan kebahagian keluarga, namun hingga kini berbagai masalah kekurangan air bersih terus dirasakan oleh masyarakat.
“Islam menempatkan air sebagai sarana mempersatukan umat, maka dari itu betapa pentingnya air dalam umat beragama,” katanya.
Prof. Dr. dr. Fachmi Idris, Ketua Bidang Kesehatan dan Water Hygiene Sanitation PP PMI, memberikan pandangan bahwa kunci sukses dalam melaksanakan program membangun ketangguhan masyarakat di bidang air dan sanitasi, adalah keterlibatan relawan siaga bencana berbasis masyarakat (SIBAT), ataupun relawan di tingkat desa/kelurahan dan kader-kader kesehatan.
Ketua Yayasan Wakaf IKRA Padjajaran, Ahmad Kadarsyah menjelaskan bahwa negeri peradaban tinggi hancur karena mismanajemen air dengan jebolnya Bendungan Marib. Pelajaran dasar kemajuan bangsa adalah ketersediaan air bersih untuk pertanian dan kesehatan.
Dr.Ir.Rusnandi Gasardi berpendapat, ketersediaan air bersih sangat penting bagi setiap daerah. Ketersediaan air bersih sangat tergantung dalam karakteristik tipografi daerah sehingga diperlukan kajian yang lebih detail dalam pemenuhan ketersediaan air bersih.
“Air bersih merupakan salah satu kebutuhan vital di masyarakat. Air dibutuhkan dalam berbagai kepentingan mulai dari irigasi, pertanian, kehutanan, industri, pariwisata, air minum, dan masih banyak lagi kegiatan yang dapat memanfaatkan air antara lain kegiatan keagamaan.”
Permasalahan yang terjadi adalah kualitas air permukaan yang semakin menurun. Dunia berada pada kondisi krisis air bersih.
PBB pada 2019 mencatat, 2,2 miliar orang atau seperempat populasi dunia masih kekurangan air minum yang aman dikonsumsi. 4,2 miliar orang tidak memiliki layanan sanitasi yang aman dan 3 miliar tidak memiliki fasilitas cuci tangandasar. Secara global, hampir 1.7 milyar kasus diare pada anak terjadi setiap tahunnya (WHO, 2017).
WHO juga melaporkan bahwa setiap tahunnya diare membunuh sekitar 525.000 anak di bawah lima tahun. Kurangnya air bersih dan sanitasi serta kebersihan yang memadai WHO (2015) memperkirakan bahwa dari semua kasus diare dapatdisebabkan karena air minum yang tidak adekuat (34%), sanitasi (19%) dan hygiene (20%).
Dalam kata pengantarnya, Dr. Zaenal Abidin mengatakan, setidaknya ada tujuh alasan Bidang Kesehatan memilih tema yakni: Pertama, bulan Desember adalah musim hujan dan banjir, tapi ketika terjadi banjir masyarakat pun berteriak kekurangan air bersih.
Kedua, sering memukan rumah sakit, masjid, kampus, sekolah, dan pesantren, yang kekurangan air bersih.
Ketiga, air bersih merupakan masalah hulu dari kesehatan dan bahkan juga hilir karena dibutuhkan oleh orang sakituntuk dapat sembuh.
Keempat, air bersih merupakan kebutuhan keimanan danketakwaan (untuk beribadah), seperti: wudhu, mandi wajib, memandikan jenazah.
Kelima, hampir semua peradaban besar, lahir dan berkembang di sekitar sumber air bersih. Perhatikan peradaban kuno Sumeria di Mesopotamia Selatan (Lembah S. Tigrisdan S. Efrat), Mesir kuno (Lembah S. Nil), India kuno (Lembah S. Indus dan S.Punjab), China kuno (Lembah S. Kuning), Mekah (sekitar Sumur Zam-Zam), Saba’ di Yaman, sekitar Bendungan Saba’.
Atau perhatikan pula munculnya peradaban dan kota-kota besar di Indonesia. Air dibutuhkan untuk pertanian, industri, pertahanan, transportasi, pendidikan, penelitian, dll.
Keenam, sumber air bersih sering menjadipemicu konflik. Bahkan menjadi rebutan di kala perang. Sehingga ada ungkapan,“siapa yang menguasai sumber air, merekalah yang akan memenangkan peperangan”.
Dan yang terakhir, air bersih merupakan kebutuhan primer ketika terjadi bencana. Dan memang bencana lingkungan pertama dalam sejarah kuno terjadi karena air, yaitu terjadinya SALINASI di Sumeria (2037 – 2004 SM), yang menyebabkan petani gagalpanen.
“ICMI sebagai organisasi cendekiawan muslim harus bisa berperan untuk mendorong lahirnya SDM Indonesia yang berkualitas. ICMI harus mampu menjadi jembatan dan mitra untuk mendorong pembangunan SDM yang bisa menjadi bagiandari pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mendorong terwujudnya Indonesia sebagainegara maju 2045,” kunci Zainal.
Menurutnya, ini harus menjadi bagian dari strategi dan taktik pengembangan ICMI di masa mendatang. Pada 2045, saat Indonesia mencapai usia 100 tahun merdeka, penduduk dunia diperkirakan mencapai 9,45 miliar atau bertambah 1,45 miliar dari tahun 2022.
Pada saat itu, kata Zainal, lebih dari separuh pertumbuhan penduduk dunia akan disumbang oleh kawasan Afrika dan Asia. Investasi SDM dan infrastruktur serta reformasi struktural dan iklim usaha telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. (Aco)