PINISI.co.id- Siapa bilang minat baca buku rendah di Indonesia? Gugatan pernyataan awal tahun 2021 ini dilontarkan tokoh perbukuan nasional yang juga Sekjend Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Pusat, Bachtiar Adnan Kusuma (BAK) Sabtu 2 Januari 2021 di Makassar.
Menurut BAK, belum ditemukan adanya data yang valid yang bisa ditunjukkan kalau bangsa Indonesia punya minat dan budaya baca rendah. Karena minat dan budaya baca masyarakat semakin menunjukkan kemajuan besar dengan hadirnya sejumlah kelompok-kelompok literasi, masyarakat pro gerakan literasi dan berdirinya perpustakaan lorong, desa dan perpustakaan sekolah atas inisiatif masyarakat bermunculan di mana-mana terutama di Sulawesi Selatan.
Persoalan lain, adanya keluhan masyarakat kurangnya buku-buku, BAK menyadari betul bahwa perlu ekosistem perbukuan nasional yang melibatkan semua pihak bukan hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten kota, melainkan semua tokoh-tokoh masyarakat wajib berhimpun bersama-sama mengambil bagian agar ikut serta menyediakan buku-buku bacaan untuk masyarakat melalui Gerakan Wakaf Buku Nasional.
Karena itu, BAK yang menekuni bisnis perbukuan nasional sejak 1995 bermula di Jakarta dam sampai sekarang, saat ini Indonesia butuh penulis buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, pemerintah Kabupaten Kota di Indonesia, saatnya memikirkan dan memperjuangkan perlunya regulasi buku lokal.
Pemerintah harus memikirkan bagaimana nasib para penulis buku lokal di berbagai daerah terutama di Sulsel agar gairah mereka menerbitkan buku-buku tetap terjaga dengan menyediakan anggaran pembelian buku para penulis melalui APBD Kab Kota. “ Para Bupati, Walikota, Gubernur saatnya ikut serta memberikan subsidi biaya cetak dan biaya penulisan buku kepada para penulis yang ada di setiap kabupaten, kota dan provinsi,” harap BAK.
“Saya berharap para penulis buku berperan aktif dan terus berinovasi melahirkan karya-karya buku yang dibutuhkan masyarakat. Buku-buku harus dikelola secara profesional, diterbitkan sesuai kajian kebutuhan masyarakat, agar para penulis, penerbit dan toko buku bisa berdaya, ” kata Penggagas Perpustakaan Lorong Kota Makassar ini. (Ivan)