PINISI.co.id– Sabtu kemarin, 28 Agustus 2021, saya bersama istri dan putri saya menghadiri wisuda pesantren musim panas dan Global Leadership Program for Ustadz di Pesantren Nur Inka Nusantara Madani, yang dirintis oleh Imam Shamsi Ali di kawasan Moodus, Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, 40 menit dari tempat saya, perumahan kampus Hartford Seminary.
Di penghujung acara puncak wisuda kemarin, saya bersama seluruh undangan seisi ruangan larut dalam keheningan dan sebagian ibu-ibu meneteskan air mata, tanda haru dan simpati ketika protokol acara (MC) memanggil tiga nama, dua nenek dan satu kakek: Neneng Setiyati 58 tahun, Iin Indriyani 58 tahun, dan Agus Suwandi, 67 tahun, suami Neneng Setiyati. Ketiga berasal dari Purwakarta, Jawa Barat.
Ketiganya adalah orang penting di balik layar selama masa pendidikan intensif Summer Program Juli-Agustus di Pesantren Nur Inka Nusantara Madani, Amerika.
Penting karena, Ibu Neneng dan Iin Indrayani adalah juru masak atau koki santri dan pengajar program pesantren musim panas. Mereka itu jarang tidur, sibuk mengurusi makanan dan minuman ke-50 santri, dan terkadang saya temui dan menyuruh mereka istirahat, kata Shamsi Ali.
Suami Neneng Setiyati, Agus Suwandi, bertugas menjaga kedua ibu tua itu, dan juga menyiapkan segala keperluannya, di samping membersihkan halaman dan lingkungan Pondok pesantren yang dinaungi oleh Nusantara Foundation.
Ketika saya tanya Pak Agus, berapa gajinya selama dua bulan membantu Imam Shamsi Ali? Beliau hanya menjawab, kami bertiga tidak pasang tarif gaji. Kami bersyukur bisa membantu program pendidikan Imam Shamsi Ali. Kami bekerja ikhlas, sebuah pengabdian dan pengakuan yang tulus dari orang-orang yang mengharapkan ridha dari Allah, walaupun pihak manajemen Pesantren Nusantara Madani telah menyiapkan honor atas pengabdian mereka. Sebagian juga orang tua santri tampil ke depan panggung memberikan hadiah berupa angpau (amplop berisi uang dollar) kepada ketiga pengabdi dan pahlawan santri itu.
Agus dan Neneng mengaku sudah 8 tahun di New York. “Saya ke Amerika tahun 2012, sudah delapan tahun. Saya berdua istri ke sini atas undangan dan biaya (sponsor) putri kami yang menikah dengan putra asli Amerika. Kami sudah punya dua cucu blasteran Sunda-Amerika. Kami sudah punya green card, bisa tinggal lama di Amerika. Walapun kami tetap cinta dan ingin pulang ke Indonesia. Kami sudah empat kali pulang kampung ke Purwakarta,” kisah Agus Suwandi.
Saya bersama orang tua santri dan seluruh manejemen Pondok Pesantren Nur Inka Nusantara Madani mengagumi dan mengapreasiasi keuletan dan pengabdian kemanusiaan yang tulus dari Pak Agus bersama istrinya, Neneng Setiayati dan sahabatnya Iin Indriyani. Semoga Tuhan membalas kebaikan hati mereka dengan memberikan kesehatan yang prima dan umur yang panjang. Amien.
Hartford, 29 Agustus 2021
(M. Saleh Mude)