Bachtiar Adnan Kusuma, Gugah Santri DDI Mangkoso, Menulislah untuk Dikenang

0
104
- Advertisement -

PINISI.co.id- Tokoh literasi dan Penulis Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma didaulat memberi ceramah subuh di Masjid Ahlussuffah Kampus dua Putra Nurul Jihad Tonrongnge, bertajuk” Membaca Mengusai Dunia dan Menulis untuk Dikenang” , DDI Mangkoso, Barru, Jumat, 22 Agustus 2025. Bachtiar Adnan Kusuma, menggugah budaya membaca dan budaya menulis di depan 500 santri putra Aliyah yang berada di kampus II DDI Tonrongnge.

Bachtiar Adnan Kusuma, mengurai rinci peran umat Islam di masa keemasan ilmu kedokteran yang dikembangkan Ibnu Sina dan ilmu astronomi dan kedokteran dipelopori Alfarabi. Menurut Bachtiar Adnan Kusuma, Ibnu Sina adalah Tokoh peradaban manusia, selain Aristoteles dan Alfarabi. “ Kedua tokoh sentral ilmu pengetahuan ini pertamakali mengembangkan ilmu kedokteran pada masa tahun 960 Masehi. Masa keemasan dan tingginya peradaban umat Islam dimulai dari negara-negara Arab Islam” kata Bachtiar Adnan Kusuma yang juga pemerhati Darud Dakwah wal-Irsyad(DDI).

Bachtiar Adnan Kusuma, menggugah para santri dan dosen serta pengajar agar memperkuat basis pengetahuan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dengan banyak membaca buku. Membaca, kata BAK tak cukup tanpa diikuti dengan kebudayaan menulis. Dengan kemampuan membaca yang tinggi tumbuh di tengah-tengah santri, selanjutnya memudahkan mereka merangkai kata, meramu dan menulis. “ Membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan, apalagi hanya didorong membaca, tapi tidak didorong menulis. Keduanya harus seiring dan sejurus” kata Bachtiar Adnan Kusuma.

Karena itu, BAK menegaskan kalau setiap santri dan guru-guru dibutuhkan memiliki empat kompetensi literasi. Pertama, kata BAK yaitu memiliki budaya membaca tinggi dan kemampuan menulis. Kedua, kemampuan dan kecerdasan memanfaatkan teknologi digital dan kemampuan Nitikett agar tidak kebablasan dalam memanfaatkan dan menerima informasi melalui platforn digital. Ketiga, dibutuhkan cara cerdas memanfaatkan literasi untuk mendorong agar setiap santri menulis buku. Keempat, kata BAK, santri yang cakap literasi, selain memiliki kemampuan ilmu agama yang luas, ia juga harus menguasai ilmu-ilmu umum agar tidak ketinggalan zaman.

“ Saat ini kita butuh santri yang cakap literasi dan memiliki cara berpikir digital literasi yaitu menekankan dua aspek pendekatan membaca menulis dan pendekatan data teknologi” kata Bachtiar Adnan Kusuma.

Di akhir pembicaraan Bachtiar Adnan Kusuma, kembali menggugah agar santri DDI Tonrongnge menulis. Caranya dengan menugaskan 500 orang santri yang hadir di kuliah Inspirating Subuh BAK agar menulis satu santri satu tulisan dengan tema “ 40 Tahun Anregurutta Prof.Dr.K.H. H.M. Faried Wadjedy, Memimpin Ponpes DDI Mangkoso”. (Man)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here