Catatan Fiam Mustamin
BASRI bersahabat dekat dengan almahum Safruddin Asaf (SA) sejak tahun 1980 an.
Dari Basri pula yang mengabarkan berita duka cita itu. Ia tidak dapat menghadiri pemakaman sahabat itu yang mengamanahkan untuk dimakamkan di pemakaman keluarga isterinya di Jatisinga.
Jenazah almarhum dari rumah sakit Fatmawati langsung dibawa ke Jatisinga malam Senin.
Basri mengetahui kedekatan emosional persahabatan kami bertiga, mengajak untuk mengunjungi isteri dan anak-anak almarhum di Jatisinga pada Senin itu.
Basri bersama isterinya datang menjemput di Condet dan berangkat via tol Jagorawi tanpa berhenti.
Di dalam mobil terdapat sejumlah kardus berisi sembako untuk keperluan tahlilan.
Ini hal yang istimewa yang dimiliki oleh sahabat Basri dan isterinya, pedulinya/pessenya dengan musibah yang menimpa orang-orang yang dikenalnya terlebih dengan sahabatnya.
Perjalanan sejauh seratusan kilometer itu ditempuh sekitar enam jam dengan kepadatan kendaraan pribadi dan angkutan umum.
Perjalanan dipercepat untuk bisa balik sebelum jam sembilan, mengingat ada areal hutan tanpa permukiman yang rawan dengan penghadangan dan pemalakan.
Sepanjang perjalanan kita mengenang kebaikan bersama almarhum. Dengan Basri yang lebih lama mengenalnya sejak bujangan lebih panjang kenangannya.
Mereka punya perkawanan seperjuangan dengan Andi Jamaro, S. Syukur dan almarhum
di awal di Jakarta tahun 1980 an.
Kebelet Buang Air Kecil
SEKITAR waktu isa sampai di tujuan dan kami bertiga langsung ke kamar bekakang melepas air kencing yang ditahan-tahan.
Kedatangan kami bersamaan dengan usainya tahlilan malam pertama. Kemudian kami saling berkenalan dengan keluarga besar isteri almarhum, berbagi kesan-kesan dengan almarhum.
Pada kesempatan itu menyampaikan dukacita Ketua Umum Muh Rapsel dan keluarga besar Institut Lembang Sembilan.
Sekitar hanya setengah jam kami di rumah duka, dijamu makan malam lalu pamitan.
Sebelum itu saya bawah buku SENIOR dan SAHABAT dan dipersembahkan untuk almarhum dan anak-anaknya.
Saya tulis pesan: buat sahabatku Safruddin, kebaikanmu menjadi jariah di alam baka, selamat jalan sahabatku, doa saya menyertaimu.
Kami foto bersama sekeluarga almarhum Safruddin dengan buku di tangan isteri almarhum.
Kami pamit balik dengan bayangan sahabat Safruddin di rumah kampung isterinya di desa Ngasih Kecamatan
Jatisinga yang sejuk di areal perbukitan.
Konvoi Truk Beroda 10 Ban
BERMAKSUD memperpendek perjalanan pulang ke Jakarta via jalur ke Parung, tak tahunya nyasar di jalan perkampungan.
Di jalan itu kemudian bertemu konvoi truk besar jenis tronton yang tertutup.
Saya menduga dalam truck itu memuat buah sawit yang tumbuh di sepanjang jalan yang di lalui. Lalu Basri mengatakan bahwa muatannya iti Batu Pasir jenis C.
Ia rupanya punya pengalaman berbisnis jenis barang itu.
Mengenal istilah “berak dan kencing” di tempat tertentu sebagai penghasilan tambahan yang dibagi bersama dari hulu ke hilir.
Konvoi truck itu cukup panjang sekitar 5 hingga 6 kilometer dengan rata 200 truk per kilometer, artinya ada seribuan truck malam itu kita lewati.
Yang beroperasi mensuplai kebutuhan proyek bangunan atau toko-toko material di perkotaan. Ini pemandangan pertama yang ditemui konvoi truck sebesar itu.
Perjalanan malam itu dengan pemandangan alam dan berbagi cerita di masa masa dulu di kampung sesuatu yang sulit dilakukan di tengah kesibukan mencari nafkah.
Kita perlukan ada waktu-waktu tertentu untuk merefleksikan apa yang telah dijalani dan menyongsong esok yang memberi manfaat kehidupan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Legolego Ciliwung 8 November 2022