Oleh Fiam Mustamin
Memiih judul tulisan itu dengan harapan bahwa kepemimpinan yang ada di daerah Kabupaten Gowa, bekas kerajaan besar Nusantara dapat menjadi acuan referensi bagi siapa saja yang akan menjadi pemimpin khususnya Bupati Gowa yang memiliki keunggulan warisan sejarahnya.
Butta/tanah Gowa di era pemerintahan Negara Republik mestinya berkembang secara ekonomi dan menjadi pusat peradaban karena warisan sejarahnya seperti daerah Yogyakarta dan Solo misalnya.
Apa apa sajakah keunggulan warisan itu ?
Ada dua unsur keunggulan werisan itu yang bersifat sumberdaya alam dengan karunia potensi; pegunungan, daratan pertanian, pantai dan kelautannya.
Potensi alam itu hendaknya terkelola dan termanfaatkan untuk sebesar besarnya bagi masyarakat Gowa.
Warisan yang ternilai adalah sejarah peradaban butta Gowa yang sering orang katakan Butta Kamaseang/dirahmati yang melahirkan panrita agama turunan raja Gowa seperti Maulana Syech Yusuf, tassauf dan pejuang.
Lalu dari warisan genetik itu dikenal pula sejumlah to Acca/ kecendekiaan yang berpengetahuan luas seperti Karaeng Karunrung mangkubumi kerajaan, Karaeng Pattingaloang, diplomat ahli sejumlah bahasa dunia, Ammana Gappa, ahli hukum laut dan pelayaran.
To Panrita dan To Acca ini kemudian terakumukasi dalam sebuah kelembagaan adat menjadi penasehat dan pengendali pemerintahan
kerajaan yang dikenal dengan Batte Salapang.
Melengkapi semua itu ada satu unsur warisan genetik yang disebut dengan To Warani/orang berani seperti Sultan Hasanuddin dan turunannya antara lain Karaeng Galesong bersama Karaeng Marannu yang memimpin peperangan menaklukkan kolonial di pulau Jawa.
Gowa Kini dan Mendatang
Menyebut warisan itu tidak berarti akan mengembalikan ke masa kerajaan silam, tapi suatu orientasi pengenalan dan pemahaman yang dapat menjadi motivasi dan spirit kebesaran dari jejak leluhur pendahulu kita.
Penerintahan di butta Gowa tetap memiliki landasan dan wawasan yang bermartabat dan bermaslahat bagi rakyat Butta Gowa.
salama ngasengki
poterangngi adaka ribiasana.