Catatan Tercecer: Menjaga Roh KKSS di Usia 49 Tahun

0
63
- Advertisement -

 

Kolom Muchlis Patahna
Ketua Dewan Pembina KKSS

Di usia ke-49 tahun, Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) berada pada fase yang menentukan yakni fase kedewasaan organisasi. Setengah abad hampir terlewati, namun fondasi yang dibangun para pendiri sejak 1976 tetap menjadi nafas utama keberlangsungan organisasi besar ini. Karena itu, perayaan HUT ke-49 bukan sekadar seremoni, tetapi momentum untuk kembali memahami apa yang membuat KKSS tetap hidup, tetap berpengaruh, dan tetap menjadi rumah besar bagi jutaan perantau Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.

KKSS lahir dari kebutuhan kekeluargaan. Spirit itu adalah “roh” yang membuat KKSS bukan sekadar struktur organisasi, bukan sekadar pengurus dan jabatan, tetapi komunitas kebersamaan yang saling menopang. Roh inilah yang memungkinkan orang Sulawesi Selatan bertahan di manapun ia bermukim di kota, di pelosok, di luar negeri, karena ketika ada masalah, ada KKSS yang menjadi tempat bernaung.

Namun, di tengah perkembangan zaman, roh organisasi mudah pudar jika tidak dirawat. Banyak organisasi besar tumbang bukan karena kekurangan sumber daya, tetapi karena kehilangan jati diri. Karena itu, menjaga jiwa dan tujuan awal KKSS menjadi tugas moral seluruh komponen: dari pengurus pusat hingga daerah, dari tokoh senior hingga anak muda perantau generasi terbaru.

Di sinilah pentingnya Pilar, BPW, dan BPD sebagai ujung tombak eksistensi KKSS. Mereka bukan pelengkap; tapi denyut nadi. Mereka bertemu langsung dengan warga perantau, mendengar persoalan, menyaksikan kebutuhan sosial, dan menjalankan misi kekeluargaan secara nyata. Jika roh KKSS ada di pusat, maka gerak dan napasnya hidup di daerah. Tanpa peran aktif Pilar dan pengurus wilayah dan daerah, KKSS hanya akan jadi nama besar tanpa kaki yang menapak.

Kita harus memberi perhatian lebih kepada pilar–pilar ini. Bukan hanya dukungan program, tetapi juga memastikan koordinasi, komunikasi, dan penguatan kelembagaan berjalan efektif. KKSS tidak boleh terjebak dalam rutinitas seremonial saja. Ia harus menjadi organisasi yang benar-benar hadir, menyapa, dan menyelesaikan persoalan warganya.

Tantangan ke depan semakin kompleks. Arus urbanisasi, tuntutan ekonomi, persaingan kerja, hingga dinamika sosial generasi milenial dan Gen Z menuntut KKSS untuk lebih dinamis, inklusif, dan adaptif. Namun satu hal tidak boleh berubah: nilai dasar persaudaraan yang membuat KKSS dihormati dan diperhitungkan secara nasional.

Usia 49 tahun adalah pengingat bahwa KKSS telah jauh melangkah, tetapi perjalanan berikutnya membutuhkan konsolidasi yang lebih kuat dan komitmen yang lebih tulus. Jika roh dan jiwa KKSS terus dirawat, maka organisasi ini tidak hanya akan bertahan, melainkan akan menjadi kekuatan sosial yang semakin besar, semakin solid, dan semakin bermanfaat bagi bangsa.

Karena pada akhirnya, identitas bukan sekadar asal-usul. Identitas adalah nilai. Itulah yang harus dijaga KKSS dalam memasuki usia emasnya
.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here