Kolom Fiam Mustamìn
MENJADI persoalan khusus bagi gubernur pada setiap masa lebaran puasa Idul Fitri dan tahun ajaran baru.
Terjadi loncatan warga urban — berpindah ke kota provinsi khususnya untuk tujuan mencari peluang kerja, melanjutkan pendidikan, pengèmbangan karier dan kebutuhan hiburan/gaya hidup.
Pembatasan lebih dikhususkan bagi mereka yang hanya pindah dan belum memiliki skill/keterampilan untuk bekerja.
Berpotensi berdampak masalah sosial dengan pengangguran dan kepadatan penduduk.
Itulah renungan saya Jumat petang, duduk bersama tukang ojek konvesional di pangkalan seberang Pusat Grosir Cililitan (PGC Jakarta Timur).
Menunggu kedatangan sahabat Aryo Rama Chandra yang rutin menjemput untuk mencicipi makanan favorit Sop Lembu Kaki Donggala (Kaledo).
Bersama tukang ojek itu yang silih berganti mengangkut penumpang yang tetap diminati warga selain transportasi online yang datang menjemput penumpang.
Menafsir Realitas Kehidupan Kota Dari Pemudik
PEMUDIK kota membanjiri daerah asal kelahiran atau kampung halaman leluhurnya pada setiap menjelang lebaran puasa Idul Fitri.
Seperti ritual khusus yang terus berlangsug entah sejak kapan.
Pemudik itu dikenal sebagai warga Passompe/perantau di komunitas Bugis Makassar.
Pulang ke kampung untuk merekatkan hubungan silaturahmi dengan keluarganya dan berziarah kubur leluhurnya.
Mereka datang ke kampungnya sebagai simbol kesuksesan sosial ekonomi, datang berbagi rezeki sedekah.
Status simbol ini yang kemudian ditafsirkan sebagai kesuksesan kehidupan di kota.
Bila pemudik balik ke domisilinya di kota, maka tak terhindarkan menyertakan pengikut anggota keluarga atau yang menyusul kemudian.
Pemudik pulang ke kampung adalah hasil kerja keras dan menabung bertahun tahun.
Adakah Cara Membatasinya
KEHIDUPAN global saat ini tidak lagi mengenal warga perantau. Manusia saat ini sudah menjadi komunitas warga dunia dengan akses teknologi.
Yang penting dilakukan untuk bagaimana menciptakan pemeratan pembangunn di semua daerah.
Tidak terpusat di suatu pulau saja, dan hal ini yang sedang dilaksanakan Membangun Indonesia dari Pinggir/Perdesaan dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Lihat provinsi Papua yang baru saja menjadi penyelenggara Pekan Olah Raga Nasional 2021.
Stadion, sarana oahraga lainnya sudah terbangun, demikian pula dengan pembangunan infrastruktur lainnya yang semua itu berkualitas standar internasional.
Tentu semua itu bisa terbangun dengan visi konsep perogram perencanaan yang matang.
Tidak menduga bahwa itu adanya di Papua yang dicitrakan sebagai daerah yang penuh konflik dan terkebelakang.
Di ibu kota Negara Kalimantan Timur kelak menjadi pusat pemerintahan.
Adanya istana Kepresidenan, Sekreriat Negara, Kementerian Dalam dan Luar Negeri, Keuangan dan Keamanan dan Pertahanan.
Selebihnya disebar ke daerah provinsi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan NusaTenggara untuk menumbuhkan
penyebaran pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.
Beranda Inspirasi Ciliwung 18 Desember 2021