PINISI.co.id- Niscaya banyak yang iri dengan kehidupan perkawinan Ariefuddin Pangka dengan Andi Fitriani. Apa pasal? Usia perkawinannya telah melampaui usia emas 50 tahun. Tak sedikit pasangan hidup berpisah, atau menikah untuk kali keberapa, atau yang sedih apabila salah satu pasangannya ditinggal pergi selamanya menghadap Sang Khalik.
Namun, pria yang telah berusia 75 tahun ini, telah diberkahi perkawinan yang langgeng satu abad lamanya. Hasilnya, satu istri yang disayangi Andi Firtriani, berikut karunia enam orang putra dan putri serta 18 cucu. Salah seorang putranya, Afrianto telah mendahului saudara-saudaranya yang meninggal pada tahun 2009.
Yang istimewa pada diri Ariefuddin, — meski usia sudah tergolong lanjut, 75 tahun, ia masih gesit, lincah, piawai berbisnis, dan getol berorganisasi, serta ini dia, tak pantang makan. Apapun disantapnya dengan lahap.
Kendati terpaut usia pasangan Ariefuddin dan Andi Fitriani sepuluh tahun, namun Ariefuddin selaku imam keluarga bisa membimbing dan menuntun istrinya dengan kasih sayang. Mereka mengarungi perkawinan dengan naik turun, duka cita, dan meniti di atasnya hingga lebih satu abad lamanya.
“Masya Allah, ini sebuah anugerah dari Allah Yang Maha Kuasa,” gumam Ariefuddin penuh haru.
Perayaan emas perkawinan inilah yang dirayakan dengan suka cita oleh Wakil Ketua Umum KKSS ini, di resto Cerita Rasa, Ampera Raya, Cilandak Timur, Jakarta, Minggu malam (22/12/2019).
Acara dimulai sebelum bedug Magrib. Rombongan keluarga besar (keluarga inti) Ariefuddin bersama istri, diiringi dengan lima pasang anak-menantu berikut 18 cucu-cucunya. Mereka berjalan berbarengan menuju panggung, berfoto bersama kemudian berbaur dengan tetamu, kerabat dekat, handai taulan, termasuk dari sejumlah pengurus BPP KKSS, HIKMA, Pencak Silat, Kadin, dan tetangga.
Selanjutnya, pembacaan puisi oleh seniman dan aktor Aspar Paturusi berduet dengan istrinya Lasmi Aspar dan ditutup dengan doa oleh Abdul Kadir.
Para undangan mengucapkan selamat dengan taksim kepada kedua ‘Mempelai 50 Tahun’ yang sakinah, mawaddah dan warahma ini.
Pada jamuan makan, tua rumah menghidangkan segala rupa kuliner khas, penganan tradisional dan minuman sebelum malam begitu jauh jatuh di kawasan Ampera Raya, Jakarta.
[Saleh Mude/Lip]
