PINISI.co.id- Umat Islam di Bali tersebar di beberapa kampung muslim kuno. Kampung ini yang menjadi cikal bakal penduduk muslim di Bali saat ini.
Pengertian Kampung Muslim kuno bukan berarti penduduknya mayoritas Islam tetapi minimal kampung yang pemukimnya pada awalnya dulu ada dari komunitas muslim. Meskipun status kampungnya berbeda-beda pada saat sekarang.
Catatan sejarah kampung muslim kuno di Bali seperti ditulis Bagenda Ali dalam bukunya berjudul “Awal Mula Muslim Di Bali” (2019).
Pada umumnya komunitas muslim asal Sulawesi Selatan suku Bugis Makassar di Bali mendarat di beberapa pesisir pantai. Mereka mendirikan perkampungan di wilayah pantai atas izin penguasa setempat.
Misalnya seperti yang kita lihat sekarang ini ada Perkampungan Muslim Suku Bugis-Makassar berasal dari Wajo di Pantai Air Kuning Jembrana. Atau perkampungan Muslim suku Bugis-Makassar asal Wajo dan Bone Sdi Kampung Bugis Buleleng Dan perkampungan Muslim Suku Bugis-Makassar dari Wajo, Bone dan Soppeng di Kampung Muslim Serangan Denpasar.
Menurut Bagenda, kata Serangan sering disebutkan berasal dari kata “sira” dan “angen”.
Dulu, dalam pelayaran yang melelahkan dari Makassar, para pelaut itu sering singgah di Serangan untuk mencari air minum.
Setelah mereka minum, mereka akhirnya terkena pengaruh sira angen (merasa sayang atau kangen dengan Serangan), sehingga, tak sedikit dari pelaut Bugis itu memutuskan untuk menetap di Serangan.
Menurut sumber lain mengatakan Pulau Serangan awalnya bukan perkampungan, tetapi sebagai persinggahan atau tempat transit perahu dagang maupun perahu nelayan Bugis. Juga untuk membersihkan dan mengambil air tawar serta memperbaiki perahunya.
Sebenarnya pemukiman aslinya adalah Kampung Muslim Suwung Denpasar di Bali daratan dan sejak awal perkampungan suku Bugis itu adalah di Kampung Suwung bukan di Serangan.
Menurut tokoh Kampung Bugis Serangan Ahmad Sastra (keturunan pendatang awal di Serangan Pua Matoa yang dikenal dengan H. Mukmin) bahwa Kampung Bugis awal di Badung-Denpasar itu adalah Kampung Serangan.
Namun sulit dipastikan sejak kapan pemukim awal suku Bugis dan di tempat yang mana lebih dahulu antara dua tempat itu.
Termasuk peristiwa tersebut terjadi di abad XVII atau XVIII karena tidak ada bukti autentik kecuali yang tercatat di babad kerajaan Jembrana bahwa Pangeran Nakhoda Patimi berkuasa di Jembrana, wakil Raja Badung pada awal abad ke XIX yaitu pada tahun 1805-1808.
Maka bisa diperkirakan kedatangannya ke Bali yaitu pada awal abad XVIII bukan abad XVII.
Kampung Bugis Suwung Denpasar menurut cerita dari nenek moyang mereka secara turun-temurun bahwa kampung ini dibangun oleh pendatang dari kerajaan Bone. Sedangkan pendatang awal dan sebagai tokoh utamanya adalah Pengeran Isa Rappe.
Pangeran Isa Rappe adalah putra Raja Bone ke-29 dari silsilah Raja Bone yang bernama La Singkerru Rukka Arung Palakka (1860-1871 M).
Perlu dimaklumi ibu Raja Gowa ke-35 bernama I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo adalah bersaudara kandung dengan Raja Bone ke-29 La Singkerru Rukka.
Menurut H. Muhammad Nuh Fatah salah satu tokoh masyarakat kampung Bugis Suwung dan merupakan generasi keturunan V dari pangeran Isa Rappe bahwa perkampungan Suwung telah ada sebelum adanya kampung Bugis Serangan.
Kampung Bugis Serangan pada awalnya tidak ditempati untuk tinggal dan sama sekali tidak ada rumah di situ.
Namun hanya untuk tempat memperbaiki dan membersihkan perahu orang-orang Bugis. Pangeran Isa Rappe inilah yang membawa pasukan inti perang dari Bone ke Bali dengan persenjataan lengkap dari Kerajaan Bone.
Beberapa pucuk meriam, sekitar 40 buah perahu pinisi yang masuk di sungai Kalimancing Suwung Badung. Setiap perahu memuat sekitar 40 orang dan kemudian membangun pemukiman atas izin penguasa Badung kala itu.
Lokasi pemukiman di sekitar kampung Bugis Suwung sekarang. (Aco, sumber Tribun.Bali.)