Kolom Muhammad bin Said
Ramadhan dinisbatkan dengan nama Syahrut Tarbiyah (bulan Pendidikan). Ramadhan melalui instrumen puasa dan ibadah lain mendidik Mukmin menjadi pribadi yang yang tangguh, kekuatan mengontrol diri (self-control), dan kemampuan berdiplomasi dengan diri sendiri ketika menghadapi bisikan-bisikan yang meragu ke dalam dada manusia (fi shudurin nas) dari jin dan manusia (minal jinnati wan nas) sebagai sumber perangai negatif yang merusak diri.
Selain itu, Ramadhan menjadi lembaga pendidikan karakter tingkat tinggi, karena tujuannya adalah takwa yang dapat diraih melalui proses pembentukan karakter yang baik (akhlak mahmuduah), dan mereduksi karakter negatif (akhlak madzmumah) seperti ajib (berbangga diri), riya (suka pamer), takabbur (membesarkan diri), iri, dengki dan karakter tercela lainnya.
Pendidikan karakter membentuk kepribadian berakhlak-budi luhur. Model pendidikan karakter dalam agama-agama (Islam) menempati posisi vital. Karena itu, Pendidikan sebagai sarana menuntut ilmu diwajibkan kepada setiap Muslim mulai dari rahim (prenatal education) sampai masuk liang lahad (utlubul ‘ilmi minal mahdi illal lahdi). Pendidikan karakter Ramadhan selaras dengan sistem Pendidikan Nasional (mulai dari sistem pendidikan formal (Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi) bertujuan untuk peningkatan kualitas pengetahuan, ilmu dan ketrampilan, beriman dan berkatkawa serta memiliki akhlak yang terpuji.
Pada dasarnya, manusia yang tidak memiliki pengetahuan apa-apa tentang diri dan lingkungannya (QS. Al Nahl: 78) sehingga kehadiran pendidikan karakter Ramadhan dan pendidikan Nasional membentuk jati diri anak bangsa yang moderat, berkarakter luhur. Allah dan Rasul mendidik karakter luhur manusia melalui amaliyah sholat dan ramadhan selama satu bulan. Allah memberikan potensi pendengaran, penglihatan, akal dan hati kepada setiap manusai sebagai sarana untuk membina dan mengembangkan kepribadian, hard skill (Ilmu, Pengetahuan, dan Ketrampilan) dan soft skill seperti menghargai, mencintai, menghormati, toleran, kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab, istiqamah, dan komitmen.
Kehadiran Ramadhan menjadi momentum penting untuk merestorasi karakter dasar manusia berdasar fitrahnya yang condong pada hanief (kebaikan dan kebenaran), dan memperkuat implementasi amanat Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN), yaitu proses pembelajaran aktif guna mengembangkan potensi individu memoderasi kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, cerdas, berakhlaq mulia, dan profesinal secara teknis (hard skill) yang dibutuhkan untuk membangu peradaban, pengembangan diri, masyarakat bangsa dan negara.
Stressing point pendidikan karakter Ramadhan adalah pada pembentukan dan pengembangan keluhuran akhlak budi, sehingga Sumber Daya Manusia anak bangsa dibangun di atas fondasi akal-pikir dan iman (rasa) menjadi modal penting mewujudkan Indonesia Emas 2045, serta investasi jangka panjang dalam mewujudkan keterangan hadits bahwa “kebanyakan yang masuk syurga kelak adalah yang akhlak budinya luhur dan kadar takwanya tinggi”.
Model Pendidikan Integratif Ramadhan sangat dibutuhkan dalam menfilter perkembangan global yang cenderung mereduksi nilai luhur, mensintesiskan hard skills dan soft skills secara simultan. Aristoteles menegaskan bahwa “mendidik kecerdasan intelektual tanpa dibarengi dengan mendidik rasa (hati/pendidikan karakter), sama dengan tidak ada pendidikan sama sekali”. Model pendidikan integratif Ramadhan dapat membentuk dan memperkuat ekosistem pendidikan karakter anak bangsa yang selaras dengan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musywarah-mufakat berdasar hikmah, dan keadilan sosial sebagaimana tertuag dalam Pancasila, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Semoga
Penulis, Guru Besar UIN Syarif Hidayautullah Jakarta dan Alumnus PPSA 23 Tahun 2021 LEMHANNAS RI